Selasa, 11 Desember 2012

CAHAYA SANG BUNGA TULUS

Darimana kau datang
tatapan? senyuman? atau ucapan tawa lembut yang terurai dari drimu...?
Sentak cahayamu tak kukenali awalnya
Tapi kemudian membuatku ingin menggapai dan mendekap erat
Kubekali diri dengan seikat bunga,
bunga tulus dan keikhlasan sepenuh hati untuk kutawarkan pada cahayamu kekasih.

Namun, belum terlontar pasih kata kekasih untukmu,
dinding beku menghadang langkah dan memaksa untuk berhenti diam,
bingung, kaku, beku menjadikan waktu kala itu seakan menghentikan detak jantung...
Semakin menyempit, semakin kecil
dan semakin sesak kesakitan yang muncul bertubi

Ingin kucabut pancang hati yang awal kutanam dengan mudah di hadapanmu Cahaya
Tapi, sakit dan semakin perih saat usaha keras yang kupunya
Sejenak, detik berhenti, bumi kupijak seakan melepaskan gravitasinya.
Di saat itu juga aku bertanya.
"Salahkah ikatan bunga tulusku?"
"Kecilkah hanya bunga yang kumaharkan itu?"
"Atau ogre kah aku oleh lingkungan agung menderangmu?"

Teriak.... menjerit... tanya itu keluar saat semua terhenti.
Tapi jawaban yang ada hanya ruangan hampa dari semesta.
Air yang jernih tak sanggup mengeluarkan riaknya.
Udara pun bersembunyi dari diri.

Dan segera kusadari, tak ada dukungan dari alam maupun keabadian.

Sangat sadar bahwa aku makhluk yang tak kenal dengan kata menyerah.
Untuk saat ini, makhluk itu aku simpan baik-baik dalam saku emas abadi, hanya sedetik
"menyerah" itulah jawabannya
Jangan berpikir
Jangan ada air yang mengalir
Hanya cukup lepaskan ...

Terlintas pikiran itu, sesaat bumi, waktu dan udara kembali normal
Perlahan kutunjukkan pada Cahayamu seikat bunga tulusku.
Dari dalam kotak kecil batasan itu, kutarik pelan ikatannya
dan tampak sinar terpecah dari sang Bunga.
Kulepaskan tawaran ketulusan ku

Kutawarkan bunga tulus itu untuk sebuah kebahagian yang akan kuberikan
Tapi kini, itu semua menguap seakan air yang berubah jadi udara.
Dan tak berbekas.
Tertinggal hanya lubang pancang yang kutarik dengan paksa
dan meninggalkan sakit kehidupan fana.

Sakit, meradang dan menjalar ke seluruh inci tubuh ini.
Ntah kapan lubang itu akan diisi lagi oleh cairan atau benda suci yang kubutuhkan.
Hanya berharap tidak meminta.
Karena disini meminta adalah hal hina bagi-Nya dan tak pantas bagiku.

Sekarang, detik berikut dan hari esok
kupercaya akan matahari sejati akan menghangatkan lukaku.
Membuat hidup ini, duniaku penuh dengan senyuman manis penuh makna
Walau ku tak tahu Cahaya itu akan datang entah kapan,
dimana dan bagaimana caranya ?

Tidak ada komentar: