Rabu, 25 April 2012

Jingga di balik Pelangi

Di sebuah rumah reot terlihat seorang anak yang tampak renta dan sendirian menantang dunia sedang duduk di anak tangga pertama pada rumah tuanya. Sekelibat bayangan lewat begitu saja dari jendela tuanya. bayangan itu lebih renta dibandingkan anak dan rumahnya. Rumah yang selayaknya dinamakan kandang itu tempat si anak renta melalui hari nya yang penuh dengan pelangi hitam. Dengan sabar anak itu menunggui rumah dan isinya yang saya pun belum jelas rupanya.
Dengan langkah yang terenyuh melihat dia, aku pun mendekati tangga yang diduduki si pemilik rumah reot. "Permisi, adek sedang apa di sini?". Dan hal yang tadinya saya mengira hanya ada pelangi hitam dalam lingkaran matanya, seketika berubah menjadi pelangi yang nyata, karena melihat senyuman dan tatapan matanya yang penuh semangat dan percaya diri untuk menantang kehidupan yang kita kira sangat kelam.
"Iya kakak, saya lagi menikmati udara lepas aja kak." bingung, itu lah yang tiba2 muncul di otak saya. Apa yang bisa dinikmati dari udara ini? Asap mobil? atau asap pabrik? Aku sangat heran, bagaimana seorang anak kecil yang dapat mengatakan "menikmati udara lepas", apakah dia hanya menghayal, ataukah dia sedang tidak enak badan, sampai-sampai mengatakan udara yang senyata adalah setan kesehatan menjadi bagaikan udara yang ditiupkan Tuhan dari surga. "Kakak boleh ikut gabung menikmati udaramu?" sedikit bergeser dan menepuk2 papan sang anak tangga yang mengisyaratkan untuk saya duduk didekatnya jingga kembali membuat hari saya indah dengan senyum lebar bagaikan malaikat. Terhanyut dalam keadaan yang asing, entah itu bagi jingga, tapi kita berdua masing-masing mempersepsikan hidup dengan nada-nada kehidupan yang berbeda.